Sunday, 19 June 2016

Bahasaku, Bahasamu, Bahasa Mereka



Terkadang pada saat saya hendak menjelaskan sesuatu dalam Bahasa Indonesia saya menyadari bahwa kosa kata Bahasa Inggris tersebut belum ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Kata tersebut bisa jadi kata yang sangat sederhana contohnya; “cover.” Memang, ada kata “tutup” dalam Bahasa Indonesia tapi pada saat tertentu tidaklah cukup mewakili apa yang dimaksud. Misal ketika saya hendak menjelaskan tentang selokan yang di beri “cover” sehingga orang bisa berjalan diatasnya. Jika saya mengatakan; selokan ditutup, maka pengertiannya adalah selokan tersebut dibendung. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, kedua hal ini bisa dijelaskan dengan mudah karena ada kata cover dan ada kata block dalam kosa katanya.

Walau saya mengetahui bahwa Bahasa Indonesia lebih muda usianya daripada Bahasa Inggris, hal ini belum menjadi suatu hal yang penting hingga saat saya harus menggunakan Bahasa Inggris dalam hidup sehari-hari. Berapa ya usia Bahasa Indonesia? Jika dihitung dari tanggal diresmikannya Bahasa Indonesia di Sumpah Pemuda tahun 1928, maka kini Bahasa Indonesia berusia 88 tahun. Walaupun akar Bahasa Indonesia; Bahasa Melayu sudah ada sejak abad ke-19. Sedangkan Bahasa Inggris mulai berkembang di abad ke-13. Ada kurang lebih 500 tahun beda usia disitu. Jadi, jika Bahasa Indonesia dirasa lebih sederhana dibanding Bahasa Inggris … adalah hal yang wajar.

Bahasa Indo dalam perkembangannya menyerap kosa kata dari bahasa-bahasa lain. Tercatat di Wikipedia, di peringkat pertama 3.380 kata Bahasa Belanda terserap dalam Bahasa Indo. Di bawahnya, kosa kata Bahasa Inggris sejumlah 1.610 menyusul Bahasa Arab 1.495 kata. Kini dimasa teknologi canggih ini, tidak dapat dihindari lagi, kosa kata Bahasa Inggris dalam bidang Information Technology , Broadcasting, teknologi komunikasi, manufaktur, pertanian, peternakan, medis, kosmetik, hospitality, teknologi penerbangan, retail , perbankan, terserap dalam Bahasa Indo. Kenapa? Sebab semua hal tersebut dimulai dan diperbaharui di negara-negara berbahasa Inggris atau harus saya katakan, Amerika?

Apakah Bahasa Inggris tidak menyerap kosa kata bahasa lain? Ya! Bahasa Inggris seperti juga Bahasa-bahasa lainnya, menyerap kata-kata dari bahasa lain. Bahasa Inggris kuno, disebut Anglo-Saxon yang kemudiannya kata Anglo dilafalkan sebagai angle-ish yang dimasa kini dilalafalkan sebagai English dan entah bagaimana, oleh orang Indonesia dilafalkan sebagai Inggris hehehe. Bahasa yang sangat besar pengaruhnya dalam Bahasa Inggris adalah Bahasa Perancis. Bahasa ini menjadi bahasa resmi di Inggris selama 300 tahun. Bahasa lain yang diserap dalam Bahasa Inggris adalah bahasa bangsa Viking contoh kata-kata dari Bahasa ini adalah: beserk, muck, skull, die, cake. Bangsa Viking tercatat dalam sejarah, datang ke daratan Inggris untuk merampas, memperkosa dan memporak-porandakan negeri tersebut. Jadi, bisa dimaklumi kosa kata yang diserap dari mereka pun kurang lebih seputaran itu.

Apakah Bahasa Inggris tidak mengenal istilah dari suara yang ditimbulkan suatu obyek misalnya benda jatuh? Ya! Bahasa Inggris memiliki kosa kata itu, istilahnya “onomatopoeia.” Contohnya adalah kata-kata dalam komik: ka-paw, boom, plonk dan bunyi hewan: meeouw, woof-woof dan sebagainya. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, walau dalam obrolan sehari-hari banyak istilah yang diambil dari suara obyek, tidak ada istilah padanan onomatopoeia.

Penggunaan istilah-istilah Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia saya rasakan membantu saya dalam berbahasa Inggris di satu pihak. Namun menjebak di lain pihak hehehe. Misalnya saja ketika teman-teman dari negara Asia lainnya tidak tahu kata-kata seperti oportunis, saya sudah tahu. Sedangkan kata semacam “imunisasi” membuat saya selalu melafalkan “immunisation” (:imunaisaesion) sebagai imunisasion. Kata lain yang sering disalahartikan oleh orang Indo adalah “fanatik.” Seringkali digunakan untuk merujuk pada orang yang taat melaksanakan ritual agamanya, padahal makna sebenarnya adalah tidak dapat menerima keberadaan pemeluk agama lain atau bahkan merujuk pada ekstrimis.

Seberapa jauh Bahasa Indonesia menyerap Bahasa Inggris? Ketika kita hendak menjelaskan suatu kegiatan yang terorganisir dan mempunyai tujuan jangka panjang, maka mau tidak mau kita mulai menggunakan kata-kata seperti: sistem, organisasi, prosedur, institusi dan sebagainya. Apakah nenek moyang Bangsa Indo tidak memiliki kata padanan kata sistem dan organisasi? Hanya Tuhan dan para anthropolog yang tahu :).

Belakangan ketika teknologi informasi semakin penting dalam kehidupan modern, maka istilah-istilah seperti komputer, komputer tablet, USB port, flashdisc, domain, e-mail, inbox, CD Rom, online, browser, klik, dan lain sebagainya menjadi sangat umum digunakan.

Anak-anak di jenjang TK (pre-school) di salah satu Early Learning Centre (PAUD) suatu hari mendapat pelajaran dari gurunya : kata apa saja yang dapat digunakan untuk mengatakan “good” (baik) untuk memuji orang lain. Other way to say “good” to other people. Berikut ini kata yang ditulis guru mereka:
Fantastic, Great, Excellent, Incredible, Amazing, Wonderful, Outstanding, Exceptional, Fabulous, Awesome, Perfect, Impressive.
Ini bahkan belum seluruhnya, daftar diatas hanyalah sebatas yang saya ingat. Banyak ya! Hm … kata lain untuk kata “baik” adalah: bagus, hebat, luar biasa, jempol, … ada ide lain?

Suatu hari, beberapa tahun lalu … anak teman kerja saya menghampiri dan membaca layar komputer ketika saya membuka sebuah website berbahasa Indonesia. Dia berkomentar “that is a broken English.” Walau berdasar kelakuannya, anak raksasa* ini “minta dijitak” celutukannya ada benarnya. Salah satu sumber celutukan ini adalah Bahasa Pidgin. Pidgin adalah istilah Bahasa yang terbentuk dari penyederhanaan Bahasa lain. Kosa katanya bisa jadi dari Bahasa satunya dan strukturnya dari Bahasa lainnya. Contohnya adalah English Pidgin, yang digunakan di negara-negara kepulauan Pasifik dan Papua Nu Gini. Dalam English Pidgin, buku misalnya ditulis dan dilafalkan sebagai “buk” bukan “book”. Contoh kalimat Bahasa pidgin: “What for Miss Willis laughing all time?” yang dimaksud adalah “Why does Miss Willis often laugh?” Sebenarnya kalau boleh jujur Bahasa ini mengundang tawa. Walau saya tidak bermaksud menghina, sangatlah sulit untuk tidak tertawa.
Berikut ini adalah contoh kosa-kata Bahasa Bislama, Bahasa nasional di salah satu negara kepulauan pasifik, Vanuatu:
·         Hello: alo Goodbye: tata
·         See you: lokim you Please: plis
·         Excuse me: skiusmi Thank you very much: tank you tomas
·         Child: pikinini Excellent: Nambawan
·         Call the police: singalot polis Fresh water: fres wota
·         Sea: solwota Seagull: pigeon blong solwata
·         Bra: basket blong to titi Prince Charles: Nambawan Pikinini Blong Missus Kweia
·         Helicopter: Mizmasta blong Jesus Christ
Bisa dilihat disini, semakin sederhana suatu Bahasa, semakin panjang penjelasan untuk sesuatu yang dalam Bahasa Inggris misalnya disebut dalam satu kata. Contohnya Bra (Bh) = basket blong to titi (keranjang milik perempuan, maksudnya keranjang buat menyimpan payudara). Hal ini saya sadari kadang terjadi dalam Bahasa resmi negara saya, Bahasa Indonesia.

Negara-negara kepulauan pasifik, Papua Nu Gini dan Hawaii (masuk wilayah Amerika) punya sejarah yang lebih muda dari Bangsa Indonesia. Bahkan konon kabarnya orang-orang kepulauan pasifik dan Maori (Selandia Baru) adalah dari Indonesia. Saya, yang hampir setiap hari berinteraksi dengan mereka, meyakini hal ini benar. Wajah orang Maori sangat khas, yang menurut perkiraan saya karena pernikahan antar kerabat. Beberapa wajah khas Maori bagi saya mirip orang Bali. Sebagaimana di Bali tumbuhan pakis banyak digunakan sebagai inspirasi seni selain juga makanan, demikian juga bagi orang Maori. Pakis sangat penting dalam budaya Maori sebagai lambang dan kesenian. Ukiran, tato, lukisan, sangat banyak terinspirasi dari tumbuhan pakis bahkan maskapai penerbangan New Zealand berlambangkan pakis.

Membaca artikel tentang Bahasa-bahasa kepulauan pasifik membuat saya bersyukur yang kalau boleh jujur … bersyukur banget … lega gitu –lah mendapati bahwa Bahasa Indo tidak lah se-copy paste Bahasa Pidgin dalam menyerap Bahasa Inggris. Atau harus saya katakan paling tidak diluar halaman instruksi online shopping? (Or should I say; outside the online shopping page?)

Tinggal di negara lain membuat saya berkeyakinan, adalah penting untuk bangga pada budaya bangsa sendiri dengan cara yang benar. Benar berdasar kenyataan dan berani mengakui kekurangan, bukan bangga diatas ketidaktahuan, pengingkaran atau kebohongan.

Sangat benar pemikiran para pendiri bangsa untuk meresmikan suatu Bahasa, Bahasa yang satu, Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diluar Indonesia juga digunakan di negara bekas jajahan Indonesia (becanda ya bo’k); Timor Leste sebagai Bahasa Kerja. Kalau boleh, saya usul agar diadakan proyek penelitian Bahasa ke daerah-daerah. Untuk suatu sensus bahasa yang akurat, untuk dokumentasi bagi generasi berikutnya. Juga untuk menggali potensi lebih jauh. Bisa jadi Bahasa-bahasa daerah memiliki kosa kata yang belum ada padanannya di dalam Bahasa Indonesia.

Jadi teringat beberapa waktu lalu Australia kehilangan salah peneliti Bahasa yang hilang di pedalaman Papua Nu Gini dalam rangka meneliti dan mendokumentasikan bahasa langka sebuah etnik. Sampai sejauh inikah keinginan Bangsa Indonesia melestarikan bahasanya? Kita tanya pada rumput-rumput yang bergoyang.

*Anak raksasa ini, saat itu ada di kelas 8 tinggi badannya 180 cm dan beratnya 90 kg
Sumber:


No comments:

Post a Comment