Terkadang
pada saat saya hendak menjelaskan sesuatu dalam Bahasa Indonesia saya menyadari
bahwa kosa kata Bahasa Inggris tersebut belum ada padanannya dalam Bahasa
Indonesia. Kata tersebut bisa jadi kata yang sangat sederhana contohnya; “cover.”
Memang, ada kata “tutup” dalam Bahasa Indonesia tapi pada saat tertentu
tidaklah cukup mewakili apa yang dimaksud. Misal ketika saya hendak menjelaskan
tentang selokan yang di beri “cover” sehingga orang bisa berjalan diatasnya.
Jika saya mengatakan; selokan ditutup, maka pengertiannya adalah selokan
tersebut dibendung. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, kedua hal ini bisa
dijelaskan dengan mudah karena ada kata cover dan
ada kata block dalam kosa katanya.
Walau
saya mengetahui bahwa Bahasa Indonesia lebih muda usianya daripada Bahasa
Inggris, hal ini belum menjadi suatu hal yang penting hingga saat saya harus
menggunakan Bahasa Inggris dalam hidup sehari-hari. Berapa ya usia Bahasa
Indonesia? Jika dihitung dari tanggal diresmikannya Bahasa Indonesia di Sumpah
Pemuda tahun 1928, maka kini Bahasa Indonesia berusia 88 tahun. Walaupun akar
Bahasa Indonesia; Bahasa Melayu sudah ada sejak abad ke-19. Sedangkan Bahasa
Inggris mulai berkembang di abad ke-13. Ada kurang lebih 500 tahun beda usia
disitu. Jadi, jika Bahasa Indonesia dirasa lebih sederhana dibanding Bahasa
Inggris … adalah hal yang wajar.
Bahasa
Indo dalam perkembangannya menyerap kosa kata dari bahasa-bahasa lain. Tercatat
di Wikipedia, di peringkat pertama 3.380 kata Bahasa Belanda terserap dalam
Bahasa Indo. Di bawahnya, kosa kata Bahasa Inggris sejumlah 1.610 menyusul
Bahasa Arab 1.495 kata. Kini dimasa teknologi canggih ini, tidak dapat
dihindari lagi, kosa kata Bahasa Inggris dalam bidang Information
Technology , Broadcasting, teknologi komunikasi, manufaktur, pertanian,
peternakan, medis, kosmetik, hospitality,
teknologi penerbangan, retail , perbankan, terserap
dalam Bahasa Indo. Kenapa? Sebab semua hal tersebut dimulai dan diperbaharui di
negara-negara berbahasa Inggris atau harus saya katakan, Amerika?
Apakah
Bahasa Inggris tidak menyerap kosa kata bahasa lain? Ya! Bahasa Inggris seperti
juga Bahasa-bahasa lainnya, menyerap kata-kata dari bahasa lain. Bahasa Inggris
kuno, disebut Anglo-Saxon yang kemudiannya kata Anglo dilafalkan sebagai angle-ish yang
dimasa kini dilalafalkan sebagai English dan entah bagaimana, oleh orang
Indonesia dilafalkan sebagai Inggris hehehe. Bahasa yang sangat besar
pengaruhnya dalam Bahasa Inggris adalah Bahasa Perancis. Bahasa ini menjadi
bahasa resmi di Inggris selama 300 tahun. Bahasa lain yang diserap dalam Bahasa
Inggris adalah bahasa bangsa Viking contoh kata-kata dari Bahasa ini adalah: beserk,
muck, skull, die, cake. Bangsa Viking tercatat dalam sejarah, datang
ke daratan Inggris untuk merampas, memperkosa dan memporak-porandakan negeri
tersebut. Jadi, bisa dimaklumi kosa kata yang diserap dari mereka pun kurang
lebih seputaran itu.
Apakah
Bahasa Inggris tidak mengenal istilah dari suara yang ditimbulkan suatu obyek
misalnya benda jatuh? Ya! Bahasa Inggris memiliki kosa kata itu, istilahnya “onomatopoeia.”
Contohnya adalah kata-kata dalam komik: ka-paw, boom, plonk dan
bunyi hewan: meeouw, woof-woof dan sebagainya. Sedangkan
dalam Bahasa Indonesia, walau dalam obrolan sehari-hari banyak istilah yang
diambil dari suara obyek, tidak ada istilah padanan onomatopoeia.
Penggunaan
istilah-istilah Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia saya rasakan membantu
saya dalam berbahasa Inggris di satu pihak. Namun menjebak di lain pihak
hehehe. Misalnya saja ketika teman-teman dari negara Asia lainnya tidak tahu
kata-kata seperti oportunis, saya sudah tahu. Sedangkan kata semacam
“imunisasi” membuat saya selalu melafalkan “immunisation”
(:imunaisaesion) sebagai imunisasion. Kata lain yang sering disalahartikan oleh
orang Indo adalah “fanatik.” Seringkali digunakan untuk merujuk pada orang yang
taat melaksanakan ritual agamanya, padahal makna sebenarnya adalah tidak dapat
menerima keberadaan pemeluk agama lain atau bahkan merujuk pada ekstrimis.
Seberapa
jauh Bahasa Indonesia menyerap Bahasa Inggris? Ketika kita hendak menjelaskan
suatu kegiatan yang terorganisir dan mempunyai tujuan jangka panjang, maka mau
tidak mau kita mulai menggunakan kata-kata seperti: sistem, organisasi, prosedur,
institusi dan sebagainya. Apakah nenek moyang Bangsa Indo tidak memiliki kata
padanan kata sistem dan organisasi? Hanya Tuhan dan para anthropolog yang tahu
:).
Belakangan
ketika teknologi informasi semakin penting dalam kehidupan modern, maka istilah-istilah
seperti komputer, komputer tablet, USB port, flashdisc, domain, e-mail,
inbox, CD Rom, online, browser, klik, dan lain
sebagainya menjadi sangat umum digunakan.
Anak-anak
di jenjang TK (pre-school) di salah satu Early
Learning Centre (PAUD) suatu hari mendapat pelajaran dari gurunya : kata apa
saja yang dapat digunakan untuk mengatakan “good”
(baik) untuk memuji orang lain. Other way to say “good”
to other people. Berikut ini kata yang ditulis guru mereka:
Fantastic,
Great, Excellent, Incredible, Amazing, Wonderful, Outstanding, Exceptional, Fabulous, Awesome, Perfect, Impressive.
Ini
bahkan belum seluruhnya, daftar diatas hanyalah sebatas yang saya ingat. Banyak
ya! Hm … kata lain untuk kata “baik” adalah: bagus, hebat, luar biasa, jempol,
… ada ide lain?
Suatu
hari, beberapa tahun lalu … anak teman kerja saya menghampiri dan membaca layar
komputer ketika saya membuka sebuah website
berbahasa Indonesia. Dia berkomentar “that is a broken English.”
Walau berdasar kelakuannya, anak raksasa* ini “minta dijitak” celutukannya ada
benarnya. Salah satu sumber celutukan ini adalah Bahasa Pidgin. Pidgin adalah
istilah Bahasa yang terbentuk dari penyederhanaan Bahasa lain. Kosa katanya
bisa jadi dari Bahasa satunya dan strukturnya dari Bahasa lainnya. Contohnya
adalah English Pidgin, yang digunakan di
negara-negara kepulauan Pasifik dan Papua Nu Gini. Dalam English
Pidgin, buku misalnya ditulis dan dilafalkan sebagai “buk” bukan “book”.
Contoh kalimat Bahasa pidgin: “What for Miss Willis
laughing all time?” yang dimaksud adalah “Why does Miss Willis
often laugh?” Sebenarnya kalau boleh jujur Bahasa ini mengundang tawa.
Walau saya tidak bermaksud menghina, sangatlah sulit untuk tidak tertawa.
Berikut
ini adalah contoh kosa-kata Bahasa Bislama, Bahasa nasional di salah satu
negara kepulauan pasifik, Vanuatu:
·
Hello: alo Goodbye: tata
·
See you: lokim you Please: plis
·
Excuse me: skiusmi Thank you very much: tank you tomas
·
Child: pikinini Excellent: Nambawan
·
Call the police: singalot polis Fresh water: fres wota
·
Sea: solwota Seagull: pigeon blong solwata
·
Bra: basket blong to titi Prince Charles: Nambawan Pikinini
Blong Missus Kweia
·
Helicopter: Mizmasta blong Jesus Christ
Bisa
dilihat disini, semakin sederhana suatu Bahasa, semakin panjang penjelasan
untuk sesuatu yang dalam Bahasa Inggris misalnya disebut dalam satu kata.
Contohnya Bra (Bh) = basket blong to titi (keranjang milik perempuan, maksudnya
keranjang buat menyimpan payudara). Hal ini saya sadari kadang terjadi dalam
Bahasa resmi negara saya, Bahasa Indonesia.
Negara-negara
kepulauan pasifik, Papua Nu Gini dan Hawaii (masuk wilayah Amerika) punya
sejarah yang lebih muda dari Bangsa Indonesia. Bahkan konon kabarnya
orang-orang kepulauan pasifik dan Maori (Selandia Baru) adalah dari Indonesia.
Saya, yang hampir setiap hari berinteraksi dengan mereka, meyakini hal ini
benar. Wajah orang Maori sangat khas, yang menurut perkiraan saya karena
pernikahan antar kerabat. Beberapa wajah khas Maori bagi saya mirip orang Bali.
Sebagaimana di Bali tumbuhan pakis banyak digunakan sebagai inspirasi seni
selain juga makanan, demikian juga bagi orang Maori. Pakis sangat penting dalam
budaya Maori sebagai lambang dan kesenian. Ukiran, tato, lukisan, sangat banyak
terinspirasi dari tumbuhan pakis bahkan maskapai penerbangan New Zealand
berlambangkan pakis.
Membaca
artikel tentang Bahasa-bahasa kepulauan pasifik membuat saya bersyukur yang
kalau boleh jujur … bersyukur banget … lega gitu –lah mendapati bahwa Bahasa
Indo tidak lah se-copy paste Bahasa Pidgin dalam menyerap Bahasa Inggris.
Atau harus saya katakan paling tidak diluar halaman instruksi online
shopping? (Or should I say; outside the online shopping page?)
Tinggal
di negara lain membuat saya berkeyakinan, adalah penting untuk bangga pada
budaya bangsa sendiri dengan cara yang benar. Benar berdasar kenyataan dan berani
mengakui kekurangan, bukan bangga diatas ketidaktahuan, pengingkaran atau
kebohongan.
Sangat
benar pemikiran para pendiri bangsa untuk meresmikan suatu Bahasa, Bahasa yang
satu, Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diluar Indonesia juga digunakan di negara
bekas jajahan Indonesia (becanda ya bo’k); Timor Leste sebagai Bahasa Kerja.
Kalau boleh, saya usul agar diadakan proyek penelitian Bahasa ke daerah-daerah.
Untuk suatu sensus bahasa yang akurat, untuk dokumentasi bagi generasi
berikutnya. Juga untuk menggali potensi lebih jauh. Bisa jadi Bahasa-bahasa
daerah memiliki kosa kata yang belum ada padanannya di dalam Bahasa Indonesia.
Jadi
teringat beberapa waktu lalu Australia kehilangan salah peneliti Bahasa yang
hilang di pedalaman Papua Nu Gini dalam rangka meneliti dan mendokumentasikan
bahasa langka sebuah etnik. Sampai sejauh inikah keinginan Bangsa Indonesia
melestarikan bahasanya? Kita tanya pada rumput-rumput yang bergoyang.
*Anak
raksasa ini, saat itu ada di kelas 8 tinggi badannya 180 cm dan beratnya 90 kg
Sumber:
(https://en.wikipedia.org/wiki/Onomatopoeia
) (https://www.babbel.com/en/magazine/139-norse-words
) (https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
)