Tiada dapat dipungkiri pajak di negeri kangguru, sangatlah
tinggi. Menurut BBC (http://www.bbc.com/news/magazine-26327114)
Australia ada di peringkat ke-7 sedunia dengan 40.7 % pajak yang dikenakan pada
penghasilan.
Kedengaran tidak terlalu tinggi? … Bagi saya yang tadinya
berdomisili di Indonesia, jumlah ini tinggi. Sebagai ilustrasi, dulu pajak yang
harus saya setor tahunan sekitar Rp 100.000 + yang mana sangat mudah saya bayar
bahkan dari gaji saya sebulan. Sedangkan saat ini, pajak yang dipotong langsung
dari gaji saya, bisa digunakan untuk perjalanan ke Indonesia pulang – pergi dua
kali. Gaji saya besar? Tidak juga. Saya menunda kepulangan ke Indonesia hingga
lebih dari setahun, dan jumlah yang saya kontribusikan ke pajak bisa digunakan
pulang 2 kali. (bisa dibayangkan betapa dongkolnya saya)
Untungnya, departemen pajak memasang minimal penghasilan AU $ 18,000 per tahun
sebagai standar. Sehingga orang berpenghasilan di bawah angka tersebut mendapat
pengembalian pajak sepenuhnya. Sementara menunggu pajak dikembalikan, uang
tersebut berada dalam genggaman departemen pajak. Dimana mereka bisa mengelola
dan mendapat bunga? Mungkin teknik ini yang membuat negara ini maju? Bisa jadi
…
Diluar pajak penghasilan, warga yang memiliki properti harus
membayar apa yang disebut “rate” sekitar
Au $1000 (+ Rp 10.000.000) per semester ke Council (dewan kota). Jika properti yang dimiliki berupa apartment
atau unit (town house dsb), maka warga harus membayar Body Corporate Fee yakni uang angsuran untuk mengelola kompleks.
Meliputi pemotongan rumput, pemeliharaan taman dan kolam renang, serta perbaikan-perbaikan.
Didalam Body Corporate Fee ini juga
ada sebagian uang yang dibayarkan ke council.
Jumlah angsuran ini + Au $2500 (+ Rp 25.000.000) per tahun.
Pajak pada jasa dan barang yang kita beli, disebut GST bisa
dilihat di struk pembayaran setiap kali kita membayar sesuatu. Bagi rumah
tangga, setelah semua yang disebut diatas, listrik adalah hal lain yang perlu
mendapat jatah. Pos keuangan yang serius. Harga listrik di Australia termasuk
tinggi. Rumah dengan 2 kamar tidur rata-rata membayar Au $ 350 + jika pemakaian
listrik normal. Sedangkan air tidaklah seberapa mahal.
Bensin? Harga bensin saat ini adalah Au $ 1.595 /L dibaca
satu dollar limaratus Sembilan puluh lima per liter. Dalam dua minggu untuk
mobil dengan mesin 1.8 menghabiskan bensin kurang lebih $ 60 – 70. Bagi pemilik
mobil, registrasi kendaraan sebesar Au $ 360 - 380 per semester yang berarti
dua kalinya jika dibayar per tahun.
Bisa anda bayangkan biaya hidup di negeri ini. Di bulan-bulan
tertentu dimana warga harus membayar beberapa hal sekaligus, misal di awal
tahun beberapa orang sampai cemas tidak sanggup membayar. Itulah sebabnya warga
Australia sangat kritis akan pengeluaran pemerintahnya. Untuk biaya perang
misalnya. Pada kenyataannya, pendapat rakyat tidaklah selalu sama dengan
pemerintah. Sama-lah yaw dengan Indonesia atau negara-negara lain.
Dengan besarnya uang yang masuk ke kas council mereka pun dituntut memberikan pelayanan yang baik. Jalan
yang terlalu tidak rata walau belum berlubang boleh dikeluhkan ke mereka dan
tidak lama kemudian jalan tersebut diperbaiki. Terlebih lagi jika ada lubang. Taman
tempat warga duduk bersantai ada di setiap sudut perumahan. Perumahan yang
dimaksud bukan milik kantor properti tertentu ya, namun rumah-rumah penduduk. Berbeda dengan di Indonesia dimana hanya di perumahan yang tergolong mewah tersedia taman semacam
ini.
Toilet umum tersedia di setiap lokasi wisata atau perhentian
caravan. Herannya, toilet ini cukup terawat walau terletak di tempat sepi -
jauh dari kota. Warga juga berhak atas layanan Medicare. Layanan berobat
gratis, yang sebenarnya ngga gratis juga … karena medicare levy (potongan
medicare) dikenakan pada penghasilan.
Mungkin ke depan Indonesia dapat merancang sistem keamanan sosial
yang lebih kompleks dari yang ada. Tapi konsekuensinya, ada banyak hal yang
harus dibayar ke pemerintah hehehe … Demikianlah, hidup di negara maju,
bukanlah semata kenyamanan. Anda yang tinggal di Indonesia jika merasa iri pada
teman yang tinggal di luar negeri, pertimbangkanlah kembali ke-irian kalian
hehehe. Sebagaimana dikatakan oleh teman saya yang bijak (heran juga dia bisa
bijak): setiap orang punya keberuntungan dan kesialannya sendiri-sendiri. Temannya
yang punya kesialan kecopetan misalnya, bisa kena copet beberapa kali seolah “langganan.”
Tapi di lain pihak doi punya
keberuntungan lancar dalam pekerjaan.
No comments:
Post a Comment