Sebagai pekerja lepas di
Childcare Centre aku mendapat anak-anak yang berbeda di hampir setiap kali
mendapat pekerjaan. Minggu lalu aku mendapat pekerjaan tidak jauh dari rumah.
Baru pertama kali ini aku kerja disitu. Aku ditempatkan di kelas toddler (usia
1,5 – 2 thn).
Di usia ini, anak-anak masih
lugu. Masih mau mendengarkan dan menuruti perkataan pembimbing. Walau bukan
berarti tidak ada yang membandel. Di hari pertama, aku mulai memahami satu demi
satu anak-anak yang ada disitu. Di hari kedua, ketika sudah waktunya membereskan
permainan di halaman, termasuk permainan halang rintang (obstacle course) seperti
hari sebelumnya kami (pembimbing) melepas satu demi satu halang rintang.
Seorang anak, sebutlah Brody, memegangi salah satu halang rintang itu dan tidak
membolehkan aku untuk mengemasinya.
Sebenarnya kami, para pekerja di
Childcare Centre punya kode etik pekerjaan dimana kami harus menjaga
kerahasiaan anak dan keluarga (clients)ya, dalam arti kami tidak boleh
menceritakan masalah anak atau kejadian di centre pada masyarakat. Hal ini tentunya
jika semua data diungkapkan sehingga masyarakat tahu persis anak mana yang
diceritakan. Itu sebabnya aku tidak menyebutkan identitas asli anak, terlebih
lagi nama dan alamat centre.
Kembali pada Brody tadi, di hari
ke-3 aku bekerja aku membereskan halang rintang lagi dan kali ini sudah
memasukkannya di dalam ruang penyimpanan. Brody masuk ke ruang tersebut dan
berusaha memanjat halang rintang tersebut. Aku mengangkat dia menjauh dari
halang rintang itu. Dia menangis sejadinya sambil menelungkup di tanah, dan
tidak berubah posisi walau aku meyakinkan bahwa dia bisa bermain dengan alat
yang sama di hari Senin. Seorang pembimbing lain berteriak dari seberang
memanggil Brody berusaha menenangkan … yang mana membuat aku merasa dalam
posisi “pembimbing yang kejam.” Seorang pembimbing lain menanyakan “Kenapa dia
menangis?” Aku ceritakan apa yang terjadi dan dia berkomentar “Oh, ya sungguh?”
Seperti tidak mempercayai ku.
Tahu apa yang terjadi beberapa
waktu berikutnya? Aku sedang duduk di sofa membacakan buku cerita ke anak-anak
lain, Brody datang entah dari mana dan menjatuhkan wajahnya di pangkuanku
sambil menangis. Dia tidak bergeming walau dielus-elus, dihibur … dia tetap
menangis dan menempelkan wajahnya di pangkuanku. Kesan yang aku dapat adalah;
dia sangat sedih ketika semua permainan dibereskan … tanda centre = tempat dia
bergembira akan segera tutup.
Brody adalah anak Indigenous
(pribumi yang mana di Australia berarti Aborigin atau Torres Strait Islander).
Dari pakaian dan makan siang yang dibekalkan orang tuanya menurutku dia datang
dari keluarga miskin sebagaimana rata-rata orang Indigenous. Kalau aku boleh
jujur, anak-anak Indigenous benar-benar khas dengan sikap keras kepala dan
seolah sangat menikmati memberikan kesusahan pada orang dewasa belum lagi
kebiasaan menyumpah. Tapi Brody tidak demikian. Aku membayangkan dia pulang dan
mungkin di rumahnya dia punya 2 atau 3 mobil-mobilan rusak. Atau tidak punya
sama sekali. Oh ya, tak lama dari insiden menangisnya, Brody harus pulang
karena jemputan sudah datang. Dia yang usianya kurang dari 2 tahun tersebut,
datang dan pergi dengan bus (minibus). Aku kasihan sekali pada anak ini, tapi
sebagai pembimbing ya aku sudah memberikan yang terbaik.
No comments:
Post a Comment