Thursday 19 December 2013

Twin

On the second day I work in a Childcare Centre near my house, there is a really easy to be directed child. For example when I asked her to go to toilet, so I can change her nappy, she go to toilet straight away. With her small steps she walked to the toilet. After a while since the children arrival, the group leader who worked with me in the room, talked about the different between Anne and Jody. I just realize, that the child I mentioned earlier, are an identical twin. It just, their parent does not put the same look clothes. Maybe they know that will put us into trouble hahaha. Unfortunately the childcare centre’s policy does not allowed to publish children photo in the internet, otherwise I will show you their photo. Anyway, the different between this two children is only a small dot (mole) under Jody’s right eye. Really – really small. But the rest of their body, exactly the same … just like copy – paste.

From total 8 children in the room … this twin really are, easy children to look after to. When come the time for packing up , they helped us to return toys to its place. What amazing is, Anne know exactly where to put the toy by seeing similar toy on the shelf. We didn’t even tell her. They also didn’t cry at all or whinge ask for something, or fight for a toy with others. Wow!

They also really cudly. Both of them are cute and sometime say words clearly. “Good bye , see you” for example. Although, once I asked Anne to say it again she put her gob face on. When it’s nearly evening, the centre’s bus came and one of the staff called the twin. Yup, they come and go with the bus! Their body is so small, I think they are about 18 months old? From distance I saw Anne pulling a bag, bigger than her body. They are just incredible. I imagined they arrive in their home and prepare their own dinner hahaha … but of course that is just my imagination. These two children are gift for Childcare Centre worker like me. You know what, their parents must be really proud of them, and they have 2 of this kind of child.


Sunday 15 December 2013

Si Kembar

Di hari ke-2 aku bekerja di Childcare Centre dekat rumah, ada seorang anak yang mudah diberitahu. Diminta untuk ke toilet misalnya, karena aku akan ganti popoknya, dia langsung mengerti. Dengan langkah-langkah kecilnya dia berjalan menuju toilet. Beberapa waktu setelah kedatangan mereka Group Leader yang saat itu bekerja bersama-sama aku di ruangan, berbicara soal beda si Anne dan Jody. Aku baru sadar kalau anak yang aku ceritakan di awal tadi, ternyata kembar identik. Hanya saja, orang tuanya tidak mengenakan pakaian yang sama. Tahu kali ya, bahwa itu akan menyulitkan kerja kami hahaha. Sayang peraturan Childcare Centre tidak mengijinkan untuk mengupload foto anak. Beda antara kembar ini hanyalah bahwa Jody punya tahi lalat kecil – sangat kecil di bawah mata kanannya. Selebihnya, kedua manusia kecil ini persis – plek. Copy – paste.

Dari total delapan anak usia toddler di ruangan … benar-benar terasa si kembar sangat mudah dimomong. Saat waktunya berbenah sebelum makan siang, mereka pun membantu kami untuk mengembalikan mainan ke tempatnya. Luarbiasanya, Anne tahu tempat mainan dengan melihat mainan yang sama di rak. Dia menaruh mainan yang sama disitu, tanpa ada yang memberitahu mereka. Mereka juga tidak pernah menangis karena merengek sesuatu atau pun berebut mainan dengan yang lain. Wow!

Mereka juga sangat menyenangkan untuk dipeluk. Dua-duanya lucu dan mereka kadang menyebut kata-kata dengan jelas. Good bye, see you misalnya. Walau ketika diminta mengulang dia “ngong.” Menjelang sore, ketika bus jemputan datang salah seorang pembimbing memanggil mereka. Ya, mereka datang dan pulang dengan bus! Badan mereka sangat kecil, sepertinya usianya baru 18 bulan? Di kejauhan aku lihat Anne menarik-narik tas yang bahkan lebih besar dari badannya. Luar biasa. Aku bahkan membayangkan mereka pulang dan menyiapkan makanan mereka sendiri hahaha … itu hanya imajinasiku. Tapi kedua anak ini adalah suatu “hadiah” bagi seorang pekerja Childcare centre seperti aku. Aku berpikir “orang tuanya pasti sangat bangga akan anak ini, dan mereka punya dua yang seperti ini.”





Thursday 12 December 2013

Brody (in English version)

As a casual worker in Childcare Centre, I get different children every time I have assignment. Last week, I got assignment not so far from my house. This is the first time I work there. They asked me to work in toddler’s room (1.5 – 2 years old)

In this level of age, children are still unadorned. They still want to listen and obey what the carer told. Although does not mean there is no disobeying children. On my first day, I started to understand one by one, character of the children. On my second day, when time to packing up all toys on the yard, including obstacle course, we the carer have to undo the obstacle course. A boy, just call him Brody in this writing, holding one of the obstacle course and didn’t allow me to pack up.

Actually, we childcare centre worker have code ethic which doesn’t allow us to share children’s details or problems happen in the centre. A policy called confidential. That is why I don’t mention the true identity of this boy and the centre.



Anyway, on my third day I worked I was packing up the obstacle course again. This time I have stored it inside the shed. Brody came to the shed and tried to climb the obstacle course. I took him from it and put him outside the shed and shut the shed. He cried, with his facedown on to carpeted ground. I tried to calm him by telling him he still able to play with it on Monday. But that doesn’t stop him. A carer shouted from the next yard called Brody to calm him … made me feel “I am the most mean carer in the world.” Another carer asked “ What happened to him?” I told her what was happened and she said “Oh, really?” Sound like she doesn’t believe me.

Do you know what happen next? I was sitting down on sofa reading story for another children, Brody came of no where, drop his face on my lap and crying. He doesn’t move although I pat him, and calm him … he keep on crying, made a big spot of wet and slubbery on my pants. It gave me an impression that: he was really sad because all toys has been packed up = the centre, where he have fun will soon be closed.

Brody is an Indigenous Australian (I am not sure whether he is aboriginal or Torres Strait Islander). From his clothes and lunch that his parent supplied for him, I reckon he is coming from a poor family. As most of Indigenous family are. If I may be honest, Indigenous children are typical stubborn and seem enjoy giving distress moment to adult, not to mention suerring attitude. But, Brody is not like that. I imagined he got home, and have to play with broken car toys. Or maybe he doesn’t has at all. By the way, not long time after the crying incident, Brody has to go home because the bus has came. He, less than 2 years old boy, come and go with bus to the centre. I feel really sorry to him, but as a carer there is nothing else I can do then give him the best care at the centre. 

Wednesday 11 December 2013

Brody

Sebagai pekerja lepas di Childcare Centre aku mendapat anak-anak yang berbeda di hampir setiap kali mendapat pekerjaan. Minggu lalu aku mendapat pekerjaan tidak jauh dari rumah. Baru pertama kali ini aku kerja disitu. Aku ditempatkan di kelas toddler (usia 1,5 – 2 thn).

Di usia ini, anak-anak masih lugu. Masih mau mendengarkan dan menuruti perkataan pembimbing. Walau bukan berarti tidak ada yang membandel. Di hari pertama, aku mulai memahami satu demi satu anak-anak yang ada disitu. Di hari kedua, ketika sudah waktunya membereskan permainan di halaman, termasuk permainan halang rintang (obstacle course) seperti hari sebelumnya kami (pembimbing) melepas satu demi satu halang rintang. Seorang anak, sebutlah Brody, memegangi salah satu halang rintang itu dan tidak membolehkan aku untuk mengemasinya.

Sebenarnya kami, para pekerja di Childcare Centre punya kode etik pekerjaan dimana kami harus menjaga kerahasiaan anak dan keluarga (clients)ya, dalam arti kami tidak boleh menceritakan masalah anak atau kejadian di centre pada masyarakat. Hal ini tentunya jika semua data diungkapkan sehingga masyarakat tahu persis anak mana yang diceritakan. Itu sebabnya aku tidak menyebutkan identitas asli anak, terlebih lagi nama dan alamat centre.

Kembali pada Brody tadi, di hari ke-3 aku bekerja aku membereskan halang rintang lagi dan kali ini sudah memasukkannya di dalam ruang penyimpanan. Brody masuk ke ruang tersebut dan berusaha memanjat halang rintang tersebut. Aku mengangkat dia menjauh dari halang rintang itu. Dia menangis sejadinya sambil menelungkup di tanah, dan tidak berubah posisi walau aku meyakinkan bahwa dia bisa bermain dengan alat yang sama di hari Senin. Seorang pembimbing lain berteriak dari seberang memanggil Brody berusaha menenangkan … yang mana membuat aku merasa dalam posisi “pembimbing yang kejam.” Seorang pembimbing lain menanyakan “Kenapa dia menangis?” Aku ceritakan apa yang terjadi dan dia berkomentar “Oh, ya sungguh?” Seperti tidak mempercayai ku.



Tahu apa yang terjadi beberapa waktu berikutnya? Aku sedang duduk di sofa membacakan buku cerita ke anak-anak lain, Brody datang entah dari mana dan menjatuhkan wajahnya di pangkuanku sambil menangis. Dia tidak bergeming walau dielus-elus, dihibur … dia tetap menangis dan menempelkan wajahnya di pangkuanku. Kesan yang aku dapat adalah; dia sangat sedih ketika semua permainan dibereskan … tanda centre = tempat dia bergembira akan segera tutup.

Brody adalah anak Indigenous (pribumi yang mana di Australia berarti Aborigin atau Torres Strait Islander). Dari pakaian dan makan siang yang dibekalkan orang tuanya menurutku dia datang dari keluarga miskin sebagaimana rata-rata orang Indigenous. Kalau aku boleh jujur, anak-anak Indigenous benar-benar khas dengan sikap keras kepala dan seolah sangat menikmati memberikan kesusahan pada orang dewasa belum lagi kebiasaan menyumpah. Tapi Brody tidak demikian. Aku membayangkan dia pulang dan mungkin di rumahnya dia punya 2 atau 3 mobil-mobilan rusak. Atau tidak punya sama sekali. Oh ya, tak lama dari insiden menangisnya, Brody harus pulang karena jemputan sudah datang. Dia yang usianya kurang dari 2 tahun tersebut, datang dan pergi dengan bus (minibus). Aku kasihan sekali pada anak ini, tapi sebagai pembimbing ya aku sudah memberikan yang terbaik.  




Sunday 1 December 2013

Berbahasa Indonesia di Negara Berbahasa Inggris

Walaupun aku belajar bahasa Inggris sejak SD hingga kuliah di perguruan tinggi, bagaimanapun di masa awal aku tinggal di Australia bahasa adalah suatu "kekagetan budaya" (cultural shock) buatku. Belajar secara formal di sekolah tapi tidak pernah menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu faktor.

Ditambah lagi karena aku hanya mempelajarinya secara formal, maka banyak kosa kata sehari-hari yang aku belum pernah tahu sebelumnya. Selain itu, bahasa Inggris Amerika berbeda dengan bahasa Inggris United Kingdom, berbeda lagi dengan bahasa Inggris Australia.

Permen misalnya, di film-film Amerika selalu disebut candy. Begitu juga yang aku pelajari di sekolah. Tapi di Australia disebut lolly. Jangan heran kalau anda menyebut candy ke anak-anak di Australia, mereka kelihatan "gak ngeh."

Sebagai penutur bahasa Inggris bahasa kedua, aku belajar lagi di Tafe sebuah institusi pendidikan lanjutan tapi bukan universitas. Disana kebetulan kelasku didominasi orang Jepang. Apa jadinya, bahasa Inggris setengah jadiku ketika harus berkomunikasi dengan sesama penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua?

Dengan yang kemampuan bahasa Inggrisnya intermediate aku mungkin masih bisa paham. Tapi teman-teman Jepang yang baru 1 atau 2 tahun tinggal di Australia dan kemampuan bahasa Inggrisnya beginner ... wow! Temen Jepang yang masih beginner ini biasanya tidak bisa membedakan huruf R dan huruf L. Kata colour misalnya jadi "kara" taruh dua kata seperti ini dalam satu topik pembicaraan maka pemahamanku nyasar sejauh bulan dari bumi dari yg tadinya tujuan yang dituju Sydney-Jakarta hahaha

Sekarang setelah 3 tahun, tentu saja kemampuan berbahasa Inggrisku sudah mendingan. Tapi dari sekian ratus ribu atau juta? kosa kata mungkin 3/4 nya belum aku kuasai. Berapa persisnya jumlah kata yang belum aku kuasai? Hanya Tuhan yang tahu.

Di rumah, di tempat kerja, di toko dan dimanapun mau tidak mau aku harus berbahasa Inggris. Berapa sering aku berbahasa Indonesia disini? Mungkin jika dirata-rata sekitar sekali 3 minggu. Pada saat aku bertemu teman atau menghubungi orang tua dengan skype.

Berbahasa Indonesia dengan teman disini, pun bercampur aduk dengan istilah-istilah setempat. Terkadang karena tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, kadang karena fasilitas tersebut bahkan tidak eksis di Indonesia, dan seringnya karena tidak mau repot berpikir mencari padanan toh orang yang diajak ngomong paham. Sebagai contohnya "pool man." Dibilang tukang kolam kok lucu ... di Indonesia mungkin ada jasa pembersih kolam renang tapi tidak seumum disini. Istilah wage misalnya, apa ya padanannya dalam bahasa Indonesia? Salary kan gaji. Wage itu bayaran per jam ... mungkin upah? Bagi orang Indonesia yang tidak pernah tinggal di negara lain, bisa jadi bicara dengan bahasa campur2 ini keliatan "gaya" omong kok dicampur-campur ... hm, tapi cara terbaik memahaminya adalah dengan tinggal menetap di luar negeri.

Juga akhir-akhir ini, karena aku studi disini ada tugas yang menuntut aku untuk menulis lumayan banyak. Ini memberikan efek, saat aku menulis dalam bahasa Indonesia aku berpikir dalam bahasa Inggris dan kemudian menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Walau sebenarnya tidak perlu! Kacau ya?!

Tapi tahukah anda, bahwa saat manusia menjadi lanjut usia pikiran mereka akan kembali pada kemampuan dasar yang mereka pelajari ketika masih kecil. Orang-orang yang terkena dimentia terutama, walau mereka bisa berbicara bahasa lain sebagai bahasa kedua, saat dimentia mereka akan kembali berbicara bahasa ibu mereka. Ini aku ketahui dari cerita teman yang bekerja di Aged Care.